Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Oktober, 2007

Arti Kesederhanaan

“Kehidupan sederhana merupakan bagian dari kebahagiaan” (HR. Ahmad)

Meski ada jutaan dahan kayu di hutan, seekor pipit cukup memakai sebatang ranting untuk menggayutkan sarangnya. Keselamatan telur-telurnya lebih berarti dibanding seberapa banyak ranting yang bisa dikuasai. Seekor zebra hanya meneguk air kubangan secukupnya meski panas terik membakar. Inilah alam mengajarkan kesederhanaan. Bersikap sesuai dengan keperluan dan kemampuan, tak melebihkan dan tak menguranginya. Menjaga batas kewajaran agar melodi hidup dapat berjalan seirama.

Kesederhanaan adalah kekuatan di balik orang-orang hebat. Tokoh besar dunia, seperti Rasulullah, Budha, Mahatma Gandhi dan lainnya, memberi keteladan itu. Keinginan mereka selalu terkontrol dalam batas keperluan. Mereka tidak mau membebani hidup dengan hal-hal yang remeh, kegiatan yang tidak bernilai. Mereka menempatkan nilai hidup di atas materi. Tulus menerima dan mensyukuri segala yang dianugerahkan, hidup terasa berkecukupan dan bersahaja. Di Negara mana pun orang bersahaja lebih dihormati dan disegani.

Rasulullah saw. seorang pemimpin yang sederhana. Rumah dan perabotan beliau sederhana. Pakaian beliau tidak lebih bagus dari yang lain. Beliau bergaul dengan siapa pun, kaya maupun miskin. Pola pikir beliau juga tidak berbelit-belit, Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah saw. tidak pernah memilih antara dua perkara melainkan akan memilih yang paling mudah antara keduanya selama perkara itu tidak mendatangkan dosa. Jika mendatangkan dosa, baginda adalah orang yang paling menjauhinya” (HR. Muslim). Beliau makan juga tidak melebihi batas kenyangnya perut. Aisyah menuturkan, keluarga Muhammad tidak ada yang pernah kenyang dari roti gandum dua hari berturut-turut sampai meninggal (HR. Bukhari).

Kesederhanaan dapat mengubah suasana sosial semakin harmonis, terhindar dari kesenjangan yang dapat mengusik ketentraman hidup bersama. Kesederhanaan akan membuka sekat diri merasa lebih berharga. Dan menggantinya dengan ketawadhuan, kesadaran akan keterbatasan diri, begitu pula rekan-rekan kita. Maka saling melengkapi lebih penting dari pada menonjolkan diri. Inilah refleksi keimanan, Rasul bersabda, “Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman” (HR. Abu Dawud).

Kesederhanaan berarti melepaskan diri dari tuntutan dunawiyah yang menyesakkan. Dengan kata lain mengambil persoalan dari esensinya, dan menyikapinya dengan proporsional. Kesederhanaan selalu menghiasi seseorang dengan kemurahan hati dan sikap yang bijak, dan akan membawa pelakunya pada lapang dada dan menjauhkannya dari prasangka yang dapat meresahkan hidup.

Read Full Post »

Manusia Digital

Upaya untuk tampil terdepan disegenap momen dalam menjalani hidup harus senantiasa ada, karena itu bertanda kehidupan dan dinamika manusia. Hidup akan hudup dengan berjuang dan terus berjuang mengimbangi tuntunan peradaban yang terus berkembang. Statisme dan staknasi adalah kondisi buruk yang sering menjelma menjadi hantu parsit dalam menghambat perkembangan peradaban manusia. Bagaimana untuk tampil lebih maju? Bagaimana menciptakan kehidupan yang kita inginkan? Bahkan bukan hanya sekedar itu, lebih dari hal itu adalah bagaimana menjalani kehidupan yang kita hidup di dalamnya? Pertanyaan itulah yang sering mengusik benak manusia, mengerutkan dahi, hingga termotivasi untuk berkontestasi.

Kompetitif dalam menjalani hidup merupakan tuntutan, bahkan sebelum manusia dalam wujudnya, sperma-sperma berpacu untuk lebih dulu mencapai sel telur. Dari milyaran sel sperma tersebut hanya satu terbaiklah yang mampu mencapai sel telur, jadi setiap manusia merupakan hasil seleksi dari sperma yang terbaik. Begitu juga adanya kehidupan dan kematian pada realita diri manusia merupakan jawaban dari siapa yang terbaik di antara mereka dalam memenuhi amal hidupnya. Al Qur’an mengungkapkan dengan bahasa fastabikul khoirat, berlomba menuju kebaikan.

Tidak terkecuali juga seorang muslim dituntut untuk senantiasa kompetitif mengisi waktu yang terus bergerak tak kenal henti, tak peduli seberapa pun manusia yang mengeluh untuk berhantinya waktu, tak menghiraukan hasrat ribuan manusia yang memohon untuk mengulang waktu kan dipenuhi dengan segenap amal yang bemutu tinggi, amal sholeh, walaupun hanya dengan waktu yang amat sangat sebentar, sebagai mana keluhan para munafik yang di abadikan dalam al Quran surat al Munafiqun. Salah satu dari jop discription hidup seorang muslim pada akhirnya adalah mampu mewujudkan apa yang diungkapkan al Qur’an mengenai tujuan penciptaan hidup dan mati adalah untuk mengetahui siapa yang the best behavior/terbaik amalnya (al Mulk:2).

Sejenak kita teropong dunia yang saat ini mengalami perkembangan yang begitu pesat, hampir memenuhi seganap aspek dimensi fasilitas hidup manusia, dimulai dari alat hitung, media komunikasi, computer hingga sarana penerbangan antariksa., hingga orang namakan jaman sekarang dengan Era Digital. Terjadi apa yang dinamakan Quantum Leap atau lompatan waktu yang sangat mengagumkan terutama dibidang tehnologi. Dimana manusia begitu gampang untuk memenuhi hasratnya dengan cepat dan praktis.

Era Digital bermula dari ditemukannya bilangan Biner, yaitu angka nol dan satu. Bilangan biner tidak mengenal angka lain kecuali angka nol dan satu. Bilangan Biner telah merobah jaman dimana manusia hidup sekarang ini., akan tetapi Era Digital datang menemui orang-orang bermental kerdil, masih marginal, sehingga terjadi kepincangan. Mereka menggunakan handphone, laptop, jaringan internet dan lain sebagainya, namun banyak diantara mereka yang mengalami setres, gangguan kejiwaan, serta amoral yang melanda di mana-mana. Dunia penuh orang pintar yang tidak melaksanakan tugas hidupnya.

Mengapa manusia yang mampu terbang setinggi burung, lari secepat macan dan berenang sedalam ikan, namun tak mampu berjalan sebagaimana manusia berjalan? Mengapa kerusakan alam sudah tidak terhitung kerugiannya? Mengapa masih banyak penyalahgunaan tehnologi untuk kejahatan? dan lain sebagainya. Mengapa? Mengapa? Dan mengapa? Apakah ini memang sudah seharusnya terjadi? Kemajuan tehnologi memperbesar resiko rapuhnya tatanan moral? Ataukah hal itu terjadi dikarenakan tingkat digital baru melanda pada peralatan yang manusia pakai, belum pencapai mental dan jiwa manusia itu sendiri, dalam artian bilangan Biner belum membentuk manusia digital, yaitu manusia berperadaban tinggi?. Manusia digital adalah manusia yang hanya mengenal angka nol dan satu pada prinsip hidupnya.

Angka nol adalah cermin dari kebersihan jiwa dan pikiran, sedangkan angka satu adalah lambang keEsaan Tuhan, dengan kata lain berprinsip hanya untuk Allah yang tiada sekutu bagiNya, laa ilaaha(0) illallah(1). Inilah yang harus tertancap kokoh dan mengakar kuat dalam hati sanubari manusia, hingga apa yang dia lakukan, apa yang dia katakana merupakan cermin dari keikhlasan dan ketulusan, berprinsip hanya kepada Allah. Terciptalah manusia digital mewujudkan tuntutan dari kalimat laa ilaaha illallah disegenap hidupnya. Dia akan senantiasa sejalan dengan rambu-rambu menjalani hidup yang telah Allah berikan.

Manusia Digital melewati ‘zero mind proses’ dalam diri untuk menjadikan god spord (suara hati) sebagai kopas hidup, bisikan jiwa yang senantiasa mengajak untuk meniru Sang Pemiliknya… Allah tuhan alam semesta. Dengan demikian akan menghasilkan daya out put yang tak terhingga, sebagai mana sejalan dengan teori matematik bahwa selamanya hasil dari pembagian satu per nol adalah tak terhingga. Demikian yang dikatakan mas Ari Ginanjar dalam bukunya ESQ Power.

Dunia mendambakan datangnya sosok pribadi tertanam akidah yang benar, mampu menerapkan syari’at Allah dan berakhlak karimah dalam bersikap, hingga bukan lagi sebagai objek tehnologi atau matrialisme, bukan merupakan objek hedonisme atau keduniawian, bukan manusia analog yang kehilangan jati diri, menjadi korban kemilaunya dunia selaku hamba dari tehnologi digital.

Kemampuan manusia dalam mensinergikan potensi madiyah dan ruhiyah dan atau emosional, spiritual serta intelegensi merupakan modal besar yang akan mampu menjalankan misi hidup di Dunia. Kesemuanya itu dikelola untuk mencapai tujuan hidup tertinggi :

1.  beribadah kepada hanya kepada Allah.

2.  sebagai kholifah di muka bumi memakmurkan dengan manhaj Rabbani.

Maka terciptalah lingkungan kearah peradaban yang sesuai dengan hati nurani terdalam, penuh cahaya ilahi berupa sinar keadilan, kebersamaan, kedamaian dan kasihsayang yang didambakan oleh seluruh insan manusia di belahan bumi manapun ia berada. Disinilah puncak peradaban yang kelak akan terhampar di muka bumi. Iptek berbasis digital didukung Imtak digital, yaitu lahirnya manusia berprinsip nol dan satu, bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Namun pertanyaan selanjutnya mengapa kaum muslimin mengalami kemunduran, tersisihkan dan tergilas dari peradaban? Bukankah seharusnya lebih maju dari pada orang kafir yang paling maju? Paling kreatif dari pada orang sekuler yang paling kreatif? Sangat disiplin waktu dari pada orang ateis yang paling disiplin sekalipun? Lebih lebih and lebih…namun realita kita..? akankah muslimin kembali jaya? Kembali ditampil terdepan disegenap peradaban? Akan kah? Siapa lagi kalau bukan kita ?

Kawanku…Allah tidak menciptakan kita menjadi orang yang kalah . Jangan kecewakan Dunia yang sangat menanti kehadiran Manusia yang menatap satu tujuan, Allah. Allahu a’lam.

Read Full Post »

Dia Adalah Jantung Kita

Jadilah sepertinya, senantiasa bergerak positif sejuta arti.

Jadilah sepertinya, penuh makna memberi tanpa mengharap kembali.

Jadilah sepertinya, tokoh utama tanpa harap ucapan terima kasi.

Jadilah sepertinya, kehadirannya merupakan harapan dan danbaan berarti.

Jadilah sepertinya, menyadari kerja sama tim penuh nilai tinggi.

Jadilah sepertinya, titik finis dari peselesaian hidup ini.

Jadilah sepertinya… sebagaimana dia juga ingin menjadi seperti anda.

 

Jika ada lima panca indra kita yang terkenal, maka dialah yang ke enam walau tanpa dikenal.

Jika organ-organ tubuh kita yang aktviv bergerak, maka dia lah bagian dari tokoh aktivis penggerak.

Jika ada sepuluh organ tubuh kita yang aktiv bergerak, maka dialah satu dari sepuluh tersebut.

Jika ada tiga organ tubuh kita yang aktiv bergerak, maka dialah satu dari tiga tersebut.

Jika hanya ada satu organ tubuh kita yang aktiv bergerak, maka tiada lain adalah dia.

Dia yang saya maksud adalah jantung kita, yang senantiasa bergerak positif memberi tanpa kenal capek dan tidak kenal kata lelah, malas dalam kamus denyut hidupnya.

Penuh makna memberi tanpa mengharap kembali, menyalurkan darah untuk semua anggota badan kita, dengannya semua badan mendapatkan apa yang mereka butuhkan, energi. Dia juga termasuk pejuang sejati, sangat amat disiplin akan jadwal dimana dan kapan dia harus berhenti. Ketika organ yang lain berhenti bertugas, dia masih tetap lembur melaksanakan apa yang seharusnya dia lakukan, terus berdenyut, karena berhentinya dari job diskriptionnya, merupakan akhir dari segalanya, akhir dari mata yang menyaksikan indahnya panorama dunia, akhir dari telinga yang mendengar merdunya suara, akhir dari nikmatnya lidah merasakan cita rasa, dan bahkan merupakan akhir dari semua yang ada dalam kerangka jasad kita, ia merupakan titik finis dari selesainya hidup dunia ini. Bisa dikatakan actor hebat dalam komponen jasad, sayangnya ia tidak pernah kita sanjung, namun dengan kehebatannya ia tidak pernah menggerutu dan protes minta sanjungan atau ucapan terima kasih, padahal perannya bergitu handal. Justru yang banyak porsi kita sanjung adalah asesoris luar, wajah, rambut dan lain.

Jantung tersembunyi di dalam tanpa pamer akan jasa yang telah diberikan, ada hikmah besar posisi letak dia di dalam, menjaga urgensi dia untuk tetap eksis, karena itu sesungguhnya keberadaan dan kehadirannya merupakan harapan dan danbaan berarti. Dari semua itu dia pun sadar bahwa dirinya juga punya keterbatasan mendalam, oleh karena itu dia juga butuh organ yang lain untuk menjalankan tubuh kita secara utuh, dia menyadari akan kerjasama tim penuh nilai tinggi, organ satu dengan yang lain merupakan kombinasi sistematis, kordinasi kuat satu sama lain, hingga ada yang menyatakan anatomi manusia dengan system tata surya, badan kita merupakan mikro kosmos yang rumit.

Jadilah sepertinya, untuk senantiasa mampu memberikan sumbangsih posif, bukan hanya pada diri anda sendiri, namun untuk orang lain dan bahkan alam semesta, karena anda merupakan rahmatan lil ‘alamin, kholifah fil ardh.

Jadilah sepertinya untuk menyadari akan pentingnya amal jama’i (kerjasama tim) dan ampikasikan kesholehkan anda dalam bentuk social serta jadilah pelita sebagai solusi dari semua problem yang ada, tapi ingat jangan pernah mengharap sanjungan tepuk tangan manusia dari apa yang telah kita berikan.

Jadilah seperti dia yang merupakan akhir harapan sangat menentukan akan penyelesaian yang menabur senyuman.

Dan masih banyak yang kita bisa ambil ibroh dari jantung kita, yang merupakan anugrah indah dari Allah, Penyebab segala sebab.

Selama ini mungkin kita semua menyadari keberadaan akan organ yang satu ini, dia senantiasa berdenyut, penyalur darah untuk semua organ tubuh kita, pun kita tahu fungsi-fungsi lain tentangnya, folume, bahkan sampai unsur komponen yang membentuknya. Namun (maaf) apakah cuma itu pengetahuan kita tentang jantung, hanya pengetahuan materi belaka? Pernahkah kita berfikir mentadabburi jauh dari itu, menembus dunia materi? Menjadikan jantung dan alam sebagai guru yang memberikan pembelajaran tentang falsafah hidup? Sebagaimana Al Quran berkata pada kita begitu banyak akan hal itu semua. Sesungguhnya alam juga merupakan âyatullah kauniyah disamping juga ada âyatullah maqrû‘ah. Wallahu ‘alam.

(Senja di Nashr City Cairo, 07 Oktober 2007)

Read Full Post »

Ada serita usang yang mungkin sering kita dengar tentang seorang kakek yang memancing di tepi sungai, setelah beberapa waktu kemudian datang seorang pemuda duduk disampingnya dan berkata, “Kakek, apa yang paling kakek sesalkan selama hidup kakek?” Seketika itu kakek meneteskan air mata dan berkata, “Aku menyesal ketika masa anak-anak aku sering berkata ‘Seandainya nanti saat aku remaja aku akan melakuan ini dan itu’.

Begitu aku remaja, aku juga berkata ‘Seandainya nanti saat aku dewasa aku akan melakuan ini dan itu’. Begitu aku dewasa aku pun berkata ‘Seandainya nanti aku tua aku akan melakuan ini dan itu’. Begitu aku tua tiada satupun dalam hidup yang bisa ku lakukkan dengan jasat rentaku ini, Seandainya aku kembali muda aku akan melakukan ini dan itu, tapi sekarang aku sadar bahwa hidupku hanya sekedar berandai-andai ini dan itu, ya… sekedar ini dan itu”.

Si pemuda tadi terhentak sadar dam memeluk kakek, seraya berterima kasih. Cerita yang sangat simple, tapi di balik bongkahan cerita ini ada mata air yang bisa menyejukkan kita, silahkan cari apa yang bisa anda ambil dari serita ini.

(Selasa pagi 27 Juli 2007, di masjid al Azhar, Cairo)

Read Full Post »

Gajah mati, meninggalkan gading, Harimau kumbang mati meninggalkan kulit belang, dan bangkai ikan laut pun mati, masih bisa untuk dikonsumsi kita. Hingga akhirnya tibalah giliran kita, menanyakan diri sendiri, kalau anda mati apa yang anda tinggalkan? Apa yang masih tersisa untuk orang lain manfaatkan? Berapa jurasi waktu mereka yang hidup akan mengingat kita?

Pernahkah kita meluangkan waktu untuk persiapan sejenak menyempatkan untuk mencari perbaikan sepintas tentang suatu hari yang pasti datang, hari “kematian kita.” Setidaknya ada dua pertanyaan penting, pertama: apa yang bisa kita bawa dari alam dunia menuju alam ruuhi? Kedua: Dan apa yang telah kita mampu sumbangsihkan untuk alam dunia sebagai senyum nanti modal tabungan alam ruuhi? Dua pertanyaan itu yang sering kali menggugah para pemikir untuk menemukan jawaban seindah mungkin dan merealisasikannya.

Bagaimana dengan anda, saya dan kita? Sudahkah menyiapkannya? Jangan menunggu lagi, karena hari-hari kita, perjam, permenit, bahkan perdetik senantiasa terancam akan kematian, sayonara jiwa lepas dari bingkainya. Sekarang ini mungkin kita sibuk siapkan sambut ujian Azhar, namun terkadang amat lupa akan ujian di atas segala ujian.

Namun ujian azhar ini bisa kita jadikan sebagai persiapan untuk ujian di atas ujian tersebut, bahkan mungkin bagian dari ujian terbesar itu sendiri. ujian di atas ujian adalah hari kematian kita sebagai garis star antara dua pilihan…!

KAN PASTI TIBA

Terbujur lunglai harapan kian redup

Menanti waktu berahir masa kian menyapa

Hanya seutas senyum membelai ketenangan jiwa

Penatap jasa yang tak pasti diterima

Senyum senang raut muka menyelubungi matahari senja

Pun juga ada paras wajah geram penuh siksa

Namun apalah daya sudah hilang saat semua

Hanya menunggu pesan amanah langit tuk tiba

Ketika sebuah peristiwa mengahiri semua

Tiada satupun dari yang berjiwa terlepas darinya

Tiada satupun tau akan kapan peristiwa itu tiba

Hanya saja…

Dengan apa kita menyambut datangnya sayonara jiwa dari jasatnya?

(Dingin malam Nashr City 5/5/2007 3:50:13 PM)

Read Full Post »

Older Posts »