”Apakah pantas bagi seseorang yang bukan merupakan pakar di bidang persoalan sosial, Marxis dan ekonomi mengemukakan pandangannya berkaitan dengan sosialisme, Marxisme? Karena berbagai alasan, saya yakin hal itu pantas saja dilakukan”.
PENDAHULUAN
”Ada hantu berkeliaran di Eropa, hantu komunisme”, demikian kalimat yang kita lihat dalam pembukaan Manifesto Komunis, dokumen Marxisme paling terkenal yang di tulis olah Friedrich Engel[1] dan Karl Marx[2] pada akhir tahun 1847. Realita membenarkanya, terbukti pada abat ke 20 komunisme menjadi hantu umat manusia. Sebagian besar abad ini komunisme menunggangi kekuatan politik dan ideologi dahsyat di dunia. Sepertiga dari penduduk dunia pernah hidup di bawah benderanya. Hampir tidak ada negara yang terbebas dari perebutan kekuasaan secara langsung atau tidak langsung yang dilakukan oleh komunis, bahkan Indonesia tercatat dalam lembar sejarah akan adanya Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah mengambil alih kekuasan dan mengubah negara Pancasila menjadi negara komunis.
Namun harus diakui bahwa kematian sebuah ideologi politik komunis Marxis terjadi pada akhir abad ke 20, hantu komunis benar-benar tampak kehilangan wahyunya. Pukulan pertama yang diderita oleh komunisme internasional pada masa kejayaannya adalah kehancuran Partai Komunis Indonesia sebagai kelanjutan kudeta Gerakan 30 September. Sepuluh tahun kemudian, 1975, komunisme mencapai kemenangan yang terakhir di Vietnam. Namun itu juga merupakan saat kemunduran kekuatan komunisme tidak dapat dielakkan lagi. Di Eropa Barat, beberapa partai komunisme di dahului oleh Partai Komunisme Italia, membuang leninisme sebagai inti sari komunisme, dan menggantikannya dengan apa yang mereka sebut sebagai Euro-komunisme. Di tahun 80an komunisme dan Marxisme terlihat sebagai kekuasaaan masa klasik yang sudah tidak punya nilai jual utuh. Buku-buku Marx, Lenin dan Mau Tse-dong yang selama tahun 60an dan 70an memenuhi toko-toko buku disekitar universitas-universitas di Barat, sudah lama masuk gudang kembali. Sedangkan di Asia dan Afrika, sukuisme, regionalisme dan fundamentalisme agama semakin mengakar kuat menyingkirkan Marxisme dan komunisme sebagai ideology berbagai perjuangan revolusioner. Satu demi satu rezim komunisme runtuh. 1990 Komunis di Uni Soviet harus melepaskan monopoli kekuasaan yang menjadi ciri khasnya selama 73 tahun kekuasaan. Pada akhir tahun 1991, Uni Soviet runtuh, negara adi kuasa ke dua sirna dan pecah menjadi 14 Republik independen. Hanya Cina, Korea Utara, Vietnam, Laos dan Kuba rezim-rezim komunis masih berhasil memegang ideologi kekuasaan komunis. Namun mereka berhadapan dengan pilihan dilematis, mengubah perekonomian menjadi ekonomi pasar dan dengan demikian melepas sosialisme.
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, bukan berarti kita berhenti untuk menelusuri buah ide Marx, walaupun pikiran itu sudah pudar dan pancaran tentangan intelektualnya telah redup, namun gagasan Marx tetap menarik kita diskusikan, dikarenakan ada beberap hal, Pertama: setiap pemikiran yang telah pernah mewarnai sebagain besar dunia akan senantiasa menarik perhatian, demikian halnya teori Marxis, kenapa sampai sebegitu berpengaruh? Kedua: pemikiran Karl Marx bukan hanya menjadi asas ideologi perjuangan kaum buruh, komunisme, namun juga miliki rangsangan besar dalam memicu perkembangan sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat kritis. Ketiga: satu dari sekian ciri khas pemikiran Karl Marx adalah bahwa pemikirannya tidak hanya sampai pada tataran wilayah teoritis, namun berkembang dan berlajut lebih dari itu, sebuah ideologi Marxis dan komunis menjadi sebuah pergerakan sosial bahkan politik, merupakan simbol perjungan revolusioner sekurang-kurangnya bagi dua milyar orang[3]
TAHAP PEMIKIRAN KARL MARX
Sepertinya kurang bijak kalau kita mengkritisi marxisme tanpa mempelajari pola pikir dan perkembangan nabi marxisme itu sendiri. Oleh karena itu sejenak kita akan melihat pola pemikiran Karl Marx yang mengalami perkembangan dan perubahan, hingga ada istilah yang sering kita kenal dengan istilah ’Karl Marx muda’ dan ’Karl Marx tua’, namun yang menjadi perdebatan adalah apa yang lebih dominan dalam perkembangan pemikiran Karl Marx, kontinuitas atau diskontinuitas? Ada dua pendapat yang berbeda mengenai hal ini, pertama: pemikiran Marx mengalami perubahan radikal, sebagaimana yang dikemukaan oleh Lois Althusser dalam bukunya Pour Marx[4]. Dia berpendapat bahwa dalam pemikiran Marx muda dan Marx tua terdapat perbedaan dan terjadi potongan (coupure) yang sangat tajam. Marx pra 1846 adalah humanis, sedangkan Marx pasca 1845 menjadi antihumanis atau ilmiah. Pendapat kedua menyatakan sebaliknya, bahwa pemikiran Marx berkesinambungan, kontinuitas, sebagaimana yang diutarakan pertama kalinya oleh Jean-Yaves Calves SJ dalam bukunya La Pense De Karl Marx[5]. Garis besar perkembangan pemikiran Karl Marx bisa diuraikan menjadi beberapa step sebagai berikut:
Tahap pertama: dasar penentu arah perkembangan Marx sesudah menyelesaikan sekolah di Gymnasium adalah situasi politik represif di Prusian[6]. Di universitas Berlin dia terpesona dengan filsafat Hegel[7], dan segera mencari jawaban bagaimana membebaskan manusia dari penindasan system politik reaksioner? Marx bergabung dengan kelompok “Hegelian Muda Kiri”, pada titik ini Marx mencari-cari sebuah jawaban dari pertanya mengapa masyarakat yang nyata, masyarakat Prusian kebalikan dari masyarakat rasional dan bebas seperti yang dipikirkan oleh Hegel? Menemukan jawaban bahwa Hegel hanya merumuskan pikiran, yang masih diperlukan adalah agar pikiran itu menjadi kenyataan, teori harus menjadi praktis, pemikiran harus menjadi pendorong peribahan sosial, filsafat harus menjadi kekuatan praktis-revolusioner.
Tahap kedua: berkenalan dengan filsafat Feuerbach[8] terutama berkenaan dengan kritik agama, ia mengartikan ciri reaksioner Negara Prussian sebagai ungkapan keterasingan manusia dari dirinya sendirinya, agama merupakan bentuk keterasingan manusia dari dirinya sendiri, penderitaaan manusia adalah tempat kelahiran Allah. namun menurut Marx keterasingan agama merupakan hal yang sekunder dan perlu mencari pokok sumber keterasingan inti ini. Keterasingan manusia dalam agama adalah ungkapan keterasingan yang mendalam. Agama hanya merupakan pelarian belaka karena realitas memaksa manusia untuk melarikan diri. Jadi agama adalah realitas hakekat manusia dalam angan-angan karena manusia tidak mempunyai realitas yang sugguh-sungguh, dengan kata lain agama adalah sekaligus ungkapan penderitaan yang sungguh-sunguh dan proses terhadap penderitaan yang sungguh-sungguh. Agama adalah keluhan mahluk tertindas, perasaan dunia tanpa hati, sebagaimana ia adalah suatu roh zaman yang tanpa roh. Ia adalah candu rakyat. Kritik agama inilah yang membawa Marx pada kesadaran bahwa sasaran yang sebenarnya adalah masyarakat sosial.
Tahap ketiga: mencari sumber keterasingan inti, pada tahap ini Marx berpisah dari hegelian muda kiri[9] karena persepsi yang berbeda tentang menentukan sumber keterasingan manusia? Marx baru temukan jawabannya di Paris, ia yakin bahwa sumber keterasingan paling dasar manusia berlangsung dalam proses perkerjaan dan agama sebagai medan pelarian dalam keterasingannya, yang pada dasarnya di sanalah manusia menemukan jati dirinya bukan dalam agama melainkan dalam pekerjaan, tetapi system hak milik pribadi kapitalisme menjungkir balikkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi, dalam ungkapan individualisme modern, hingga manusia mencapai titik dimana diterasingkan diri dengan pekerjaan yang dia alami. Hal itu demikian adanya dikarenakan sistem hak milik pribadi membagi komponen masyarakat menjadi dua golongan, para pemilik yang berkuasa dan para pekerja yang tereksploitasi. Manusia hanya bisa dibebaskan dari keterasingan dengan dengan cara menghapus kepemilikan pribadi secara total dari alat alat produksi melalui revolusi kaum buruh. Maka agama baginya bukan masalah primer melainkan sekunder, beda halnya dengan Feuerbach yang menjadikan agama sebagai penyebab manusia menjadi egois hingga tercipta keterpurukan dalam hidup. Yang primer dalam kamus Marx adalah realitas sosial. Pada posisi ini Marx mencapai titik klasik sosialisme[10]. Namun menariknya di sini marx tidak menghapus atau membongkar agama, karena melenyapkan agama tidak akan menghilangkan egoisme, tidak akan mengembalikan hakikat sosial manusia. Agama bukan penyebab, ia hanya tempat pelarian manusia. Penyebab sebenarnya keterasingan manusia dari sesosialannya mesti ditemukan dalam struktur masyarakat.
Tahap keempat: memusatkan menghapus hak milik pribadi. Dia mengklaim bahwa sosialismenya adalah seosialisme ilmiah[11], bukan hanya didorong cita-cita moral, namun juga berdasarkan pada landasan pengetahuan ilmiah tentang hukum-hukum perkembangan masyarakat. Dengan demikian dari murni filosofis menjadi semakin sosiologis, hingga ia pada pada titik kesimpulan bahwa ekonomi adalah penentu sejarah.
Tahap kelima : revolusi perwujudan masyarakat tanpa kelas. Ekonomi kapitalisme niscaya akan sampai pada kehancuran dengan sendirinya, karena kapitalisme seluruhnya terarah pada keuntungan para pemilik sebesar-besarnya, kepitalisme menghasilkan penghisapan manusia pekerja dan jurang pemisahan klas semakin tajam. Maka dengan itu produk kapitalisme semakin tidak tejual karena semakin tidak terbeli oleh para buruh. Kontradiksi internal sistem produksi kapital itulah yang akhirnya akan melahirkan revolusi kelas buruh yang akan menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan mewujudkan masyarakat sosial tanpa kelas.
Dengan demikian maka lima perkembangan pemikiran Karl Marx bisa dikategorikan dalam dua bagian. Tahap satu, dua dan tiga termasuk “Marx Muda” serta tahap empat dan lima masuk “Mark Tua”. Garis pemisah adalah paham sosialisme ilmiah.
MOTIF MUNCULNYA SOSIALISME
Gagasan sosialisme bukan merupakan hal baru dalam perkembangan pemikiran akhir abad 20an, akan tetapi cita-cita sosialisme sudah dicetuskan jauh sebelaum Marx mulai memikirkan revolusi proletariat, dengan kata lain Marx bukan merupakan pencetus ide sosialis pertama di muka bumi. Hampir semua teori hasil kreasi manusia termasuk gagasan sosialisme mempunyai landasan pengaruh historis, baik dari para pendahulunya ataupun generasi sesudahnya yang, kurang lebih merupakan implementasi estaveta dari satu bentuk ke bentuk lain dan terkadang pengulangan total. Ide-ide pemikiran, filsafat dan bahkan ilmu sainstis pun merupakan mata rantai yang berkesinambungan dari waktu ke waktu[12].
Berikut beberapa motif munculnya Sosialisme:
Pertama: Menghapus kemiskinan dan penghisapan orang kecil hingga tercipta stabilitas dan keharmonisan hubungan sosial masyarakat. Apa yang ingin di capai oleh sosialisme sudah ada dengan apa yang dituangkan oleh Theimer[13] yang mengungkapkan “gagasan bahwa kekeyaan dunia ini merupakan milik semua, bahwan kepelikikan bersama lebih baik dari pada kepemilikan pribadi, sudah sangat tua. Pemilikan bersama menurut ajaran ini sudah akan menciptakan dunia lebih baik, membuat sama situasi ekonomi semua orang, meniadakan perbedaan antar minkin dan kaya, menggantikan usaha mengejar keuntungan pribadi dengan kesejahtraan umum. Dengan demikian sumber segala kesejahteraan sosial akan dihilangkan tidak akan ada perang lagi, semua orang akan menjadi saudara.” Dalam Yunani kuno pun ditemukan cita cita seperti itu, Plato, menyatakan bahwa kasta para filosof memimpin negara tidak boleh mempunyai kepemilikan pribadi dan tidak berkeluarga. Memiliki segalanya bersama dan hidup menurut aturan yang sama. Pada abat 5 SM Euhemeros dan Jambulos juga mendeskripsikan sebuah “negara matahari” dimana semua berdasarkan kepemilikan besama, termasuk para istri, cerita inilah yang dijadikan landasan ilmiah oleh Marx dan Engels. Lebih jauh dari itu bahwa dalam interkasi sosial purba tidak mengenal kepemilikan pribadi, maka dengan hal tersebut dijadikan dalil bahwa semua aset alam adalah milik bersama, ini termasuk merupakan hukum kodrat, sebagaimana alam pun menyatakan hal itu dengan apa yang terjadi pada hewan pada umumnya.
Kedua: motif-motif di Abad Pertanahan berkaitan erat dengan faham-faham relegius tertentu, terutama anggapan agama bahwa untuk menyambut pertemuan dengan pencipta harus terbebas dari segala keterikatan, motif inilah yang di berdayakan oleh para bourjuis dan kapitalis guna memperolah kepemilikan banyak banyaknya ditangan mereka.
Ketiga: realitas tataran masyarakat dan perpolitikan yang tidak stabil. Zaman pencerahan tidak mendukung perkembangan cita-cita sosialis karena dimotori oleh kelas borjuasi yang memperjuangkan kebebasan politik untuk dapat bebas berusaha dan berdagang guna dapat mengumpulkan milik pribadi sebesar-besarnya. Yang mereka tuntut adalah kesamaan politis dan kesamaan di depan hukum, bukan kesamaan ekonomi dan kelas sosial, maka terciptalah keterpurukan kehidupan dan kesenjangan interaksi antar kaum buruh dan pemilik tanah serta para pemilk modal. Pendek kata keadaan buruk kaum buruh industri menjadi katalisator pendorong gerakan yang memperjuangkan persamaan bidang ekonomi. Gerakan sosialisme moderen terbentuk antara tahun 1789 (permulaan Revolusi Prancis) dan 1848 (Revolusi). Revolusi Prancis tuntutan kesamaan di atas bendera etika, sedangkan revolusi industri menciptakan proletariat industrial, proletariat itu yang akan menghapus perbedaan kelas yang tidak etis tersebut. “Kenyataan sosial” merupakan dasar filsafat tersebut[14].
Keempat: pengaruh perkembangan pemikiran yang di warisi oleh para pendahulunya, beberapa di antaranya yang mempunya peran kuat dalam membentuk pola ide Marx adalah Fancois-Noel Bebeuf (1760-1797) yang mencita-citakan sebuah “republik orang-orang sama”, apa yang dia usahakan merupakan terbatas pada refleksi keras atas akibat-akibat buruk revolusi industri, beda halnya dengan Claude Henri Saint-Simon[15] yang terfokus pada upaya reorganisasi masyarakat dengan tujuan agar segi-segi negatif indutri itu dapat teratasi, dia meyakini bahwasannya tujuan sejarah adalah kemajuan dan kemajuan akan akan membawa perbaikan nasib orang banyak. Yang menentukan segala perubahan positif adalah proses produksi, suatu keyakianan yang kemudian menjadi faham ‘basis dan bangunan atas’ dalam teori Marx. Menurut Simon negara harus diajalankan manggunakan metode-metode fisika dan kimia, dengan istilah “politik fisika”. Peran elit feodal para bangsawan, militer dan kaum rohaniawan harus diganti dengan kediktatoran kaum industri yang cakap, maka kunci pembangunan masyarakat lebih adil adalah perubahan menghapus bentuk hak milik. Dan masih banyak lagi orang besar yang memberikan pengarah apa terbentuknya pemikiran Marx, seperti halnya Robert Owen (1771-1858), Charles Fourier (1772-1837), Etienne Cabet (1788-1856).
DARI TEORI KE REVOLUSI
Dari pemaparan diatas sudah cukup mewakili tentang ranah filosofis, sekarang kita akan sedikit masuk ke pembahasan lebih dalam, praktis. Apa syarat-syarat revolusi yang mampu membebaskan manusia dari keterasingannya? Yang jelas tidak mungkin dengan filsafat sementara yang hanya menyentuh tatan teori ide. Revolusi membutuhkan unsur pasif dasar material. Teori hanya dilaksanakan dalam rakyat sejauh terori itu merupakan pemenuhan kebutuhan rakyat. Tidak cukup bahwa pikiran mendesak ke pelaksanaan, realitas harus mendesak ke arah pikiran. Dengan kata lain rakyatlah yang harus merasakan kebutuhan akan emansipasi, baru terbuka bagi kritik teori sang filosof untuk pelaksanaan. Oleh karena itu marx mencari masyarakat atau klas yang tertindas secara total yang kehilangan kemanusiaannya, hanya kelas seperti itu yang bisa melakukan revolusi radikal pengemansipasian kemanusiaan. Marx menemukan proletariat! Untuk pertama kali proletariat muncul di sini sebagai penyelamat umat manusia, “kepala emansipasi itu adalah filsafat dan hantunya dalah proletariat”. Apabila filosof dan proletariat bertemu revolusi mesti pecah, revolusi yang memebebaskan manusia secara radikal melahirkan masyarakat tanpa kelas yang berkuasa.
KETERASINGAN MANUSIA
Di Paris Marx dari seorang liberalis radikal dia menjadi seorang sosialis. Cerminan pertama pemikirannya adalah emansipasi manusia seutuhnya akan dilaksanakan oleh proletariat. Ia terwarnai Friedrich Engels, dan mulai berkonsentrasi ke ekonomi. Marx memahami bahwa penyebab kekacauan sosial di produksi dalam pekerjaan adalah di bawah sistem kapitalis. Apa dan bagaimana ini bisa terjadi?
Tertuang dalam pola pemikiran Marx, pentingnya nilai sebuah pekerjaan:
1. Pekerjaan Merupakan Sarana Manusia Untuk Menciptakan Diri Sendiri
Artinya manusia adalah hasil pekerjaannya sendiri. Maka manusia harus merubah alam untuk dia kelola, sebagaimana binatang yang membutuhkan alam untuk di hidup, namun uniknya manusia mengelolanya secara universal, bebas dan menurut hukum keindahan[16]. Beda halnya dengan hewan yang bekerja di bawah nalusi dan hanya cukup memenuhi kebutuhan semata untuk kelangsungan hidup.
2. Pekerjaan Sebagai Obyek Manusia.
Manusia bekerja mengambil bentuk alami dari obyek alami dan memberikan bentuk sendiri. Ia mengobyektivitaskan diri ke dalam alam melalui pekerjaannya. Dengan demikian manusia melahirkan kekuatan hakekatnya ke dalam realitas alami, maka alam menjadi alam manusia, mencerminkan siapa manusia itu dan membuktikan siapa manusia itu?
3. Pekerjaan Dan Sifat Sosial Manusia.
Melalui pekerjaan manusia membuktikan diri sebagai makhluk sosial, tidak mungkin setiap manusia manghasilkan sendiri dari apa yang telah dicintakan, ia memiliki dimensi historis yang dengannya menjembatani lintas zaman, kita kenal orang mesir kuno dengan piramid dan lain-lain. Bagi manusia sosial semua yang disebut sebagai sejarah dunia tidak lain adalah penciptaan manusia melaluai perkerjaan. Dalam arti, alam adalah produk sejarah dari generasi ke generasi. Ada beberapa sebab yang diutarakan Marx terkait tentang keterasingan manusia ketika bemuara pada pekerjaan yang tidak sesuai dan sejalan dengan unsur kemanusiaan, diantaranya:
1. Terasing Dari Dirinya Sendiri
Ada dua segi tentang hal ini, pertama: si pekerja terasing dari produksinya, yang seharusnya merupakan menjadi sumber perasaan bangga cermin kecakapan bekerja, namun tidak mendapatkannya karena tidak lebih dari buruh upah yang tidak memiliki hasil pekerjaan. Produksi adalah milik pemilk pabrik. Semakin bekerja dunia batinnya semakin miskin. Kedua: pekerjaan pekerja pun kehilangan arti bagi si pekerja. Ia bekerja untuk tidak kelaparan, menyambung hidup keseharian, itulah keterasingan dalam pekerjaan.
2. Terasing dari orang lain
Kalau manusia terasing dari dirinya sendiri maka ia akan terasing dari sesama. Secara empiris, keterasingan sesama menyatakan kepentingan-kepentingan yang berlawanan. Ada dua arah, pertama: dalam sistem hak milik pribadi di mana yang bekerja tidak memiliki hak milik peribadi maka berada dibawah kekuasaan yang memiliki hak milik yang tidak bekerja, maka kelas masyarakat terbagi manjadi kelas para pemilik dan kelas para pekerja, berbarengan dengan kepentingan obyektif yang juga berlainan satu sama lain. Keterasingan ini juga merusak hubungan satu sama lain. Keuntungan satu kelas merupakan kerugian bagi kelas yang lain bahkan sesama kelas.
Maka solusi yang harus di tempuh adalah menghapus hak milik pribadi secara utuh, kerena dengan sistem hak milik peribadi memisahkan antara pemilik dan pekerja. Dengan demikian tidak ada lagi monopoli kesempatan kerja.
Ada yang menarik menurut marx, bahwa sistem hak milik pribadi pun mengasingkan pemilik dari dirinya sendiri, keluar dari hakekat kemanusiaan, karena pemilik secara pasif menikmati hasil kerja orang lain, nikmat pasif saja tidak mengembangakan manusia. Hanya saja yangberbeda majikan mengalami sudut keterasingan, sedangkan buruh mengalami sudut pahitnya. Pada akhirnya keterasingan manusia adalah akibat dari sistem hak milik pribadi dan bukan dari keadaan politik dan agama yang menjadi sumber keterasingan dan egoisme manusia. Bagaimana menurut anda berkaitan dengan ide Marx ini? Mari kita kritisi bersama.
Kritik Kita, mungkin anda berfikir bahwa perbaikan bisa ditemukan dengan perbaikan dan peningkatan kesadaran moral sesama. Namun hal ini disanggah oleh Karl Marx, dengan beberapa unsur sebagai berikut, pertama: tampak betapa besar segi struktural dibandingkan dengan segi kesadaran dan moralitas. Pertentangan buruh dan pemilik tampak merupakan efek obyektif, maka seruan untuk mawas diri sudah tidak mempan lagi dalam kamus Marx untuk dijadikan sebagai solusi. Maka selama sistem ekonomi berdasarkan monopoli hak kekuatan kelas atas pemilik atas proses ekonomi berlangsung, niscaya ada pertentangan antara kedua kelas, bukan perubahan sikap yang mengakhiri konflik malainkan perubahan struktur kekuasaan ekonomis. Kedua: kelas atas cenderung konservatif sedangkan kelas buruh bawah progresif dan revolusioner. Dengan demikin manjadi jalas maka mengapa bagi nabi Marxisme ini setiap kemajuan dalam susunan masyarakat hanya dapat tercapai melalui revolusi. Dan mungkin saudara juga perfikir bagai mana dengan negara? Bukankah negara cukup mampu menciptakan stabilitas antar kelas? Marx juga mengkritisi hal ini, namun tatap pada kesimpulannya yang pertama bahwa revolusi merupakan harga mati dan keniscayaan yang harus terealisasikan. Dengan dalih bahwa sistem ekonomi sampai sekarang ditandai oleh adanya kelas-kelas atas dan kelas-kelas bawah. Struktur kekuasaan dalam bidang ekonomi itu tercermin juga dalam bidang politik. Maka negara secara hakiki merupakan negara kelas, artinya negara dikuasai secara langsung atau tidak oleh kelas yang menguasai ekonomi, demikian yang Marx tegaskan dalam bukunya. Negara dalam perspektif Marx adalah lawan. Lantas apa lagi yang bisa kita kritisi dari Pemikiran Karl Marx ini? Dan saya yakin anda tidak pesimis dalam hal ini. Wallahu ‘alam.
[1] Frederick Angel, lahir tahun 1820 di Babarman Jeman dan meninggal tahun 1890, dari keluarga Kapitalis, lihat lengkapnya: Mausu’ah al Filsafat wa al Falasifah, Dr. ‘Abdul Mun’im al Hafni. hal: 195.
[2] Karl Marx, Yahudi Jerman, dilahirkan di Tafeuz tahun 1818 dan meninggal tahun 1883, selengkapnya lihat Mausu’ah al Filsafat wa al Falasifah, Dr. ‘Abdul Mun’im al Hafni, hal: 1206.
[3] Franz Magnis- Suseno, Pemikiran Karl Marx dari Sosialis Utopis ke Perselisihan Revisionisme, jakarta 1999, hal: 3,
[4] Althusser 1965.
[5] Calves 1956.
[6] Negara yang menguasai sebagian besar Jerman Utara, salah satu dari puluhan negara berdaulat di Jerman waktu itu.
[7]Hegel, Filosof Jerman (1831-1770), Satu dari sekian filosof yang paling berpengaruh ide pemikirannya dalam sejarah manusia abad kontemporer. Ada tiga unsur dalam filsafat Hegel; pengetahuan absolut, filsafat sejarah dan negara, dialektika sebagai pola hegel berfilsafat. Selengkapnya lihat Mausu’ah al Filsafat wa al Falasifah, Dr. ‘Abdul Mun’im al Hafni, hal: 1496.
[8] Ludwing Andreas Feurbach (1872-1804), filosof Jerman, kritikus agama Nashrani dan semua agama keseluruhan. Allah adalah kreasi pikiran manusia, karena itu semua ciri khas ilahi adalah ciri khas manusia. Selengkapnya lihat Mausu’ah al Filsafat wa al Falasifah, Dr. ‘Abdul Mun’im al Hafni, hal: 1049
[9] Menurut mereka sumber keterasingan manusia dalam cara perfikir, bukan dalam susunan sistem produksi yang keliru.
[10] Asaalib Al Ghozwu Al Fikr, Dr. Ali Jariisyah dan Dr. Muhammad Syariif Al Zaibiq, hal 113
[11] Sosialisme ilmiah itu yang sering disebut oleh Marx sebagai “paham sejarah yang materialistik”, sejarah diartikan sebagai dialektika antar perkembangan bidang ekonomi dan struktur kelas-kelas sosial.
[12] Adhwa’ ‘ala Filsafat al Islamiyyah fi al ‘Ashri al Washith, Dr. Jamaluddin Husain ‘Afifi, hal: 4.
[13] Walter Theimer 1988.
[14] Limadza Rafadhot Al Marxisiyah hal 22-21, Abdurrahman Al Baidhoni.
[15] Terlahir pada tahun 1760 dari keluarga bangsawan Prancis kuno.
[16] Universal karena menciptakan bukan hanya untuk diri sendiri, bebas karena bekerja meskipun tidak merasakan keuntungan secara lansung. Dan menurut hukum keindahan dikarenakan penih nilai estitetik tinggi.
Betapapun Marx dikritik oleh pengkritiknya, tetap saja dia diakui dunia akan sumbangsih pemikirannya tentang masyarakat, negara, agama, dan persoalan sosial lainnya. Tak ada yang sempurna setiap pemikiran seseorang. Mengambil sesuatu yang baik, dan membuang yang tidak baik adalah sikap bijak yang patut dikedepankan, sebagaimana dalam qaidah ushul itu.
Kepada Karl Marx, kita berhutang budi atas teori-teori yang ditelurkan; tentang kapitalisme-neoliberlaisme, kelas-kelas sosial, dan lain sebagainya.
Kak Jebel, ini Ali Usman, alumni MII ’03 (teman Jemil). Semoga (masih) tak lekang dari ingatan…
salam. http://aliusman.wordpress.com
thanks, af1 sebelumnya…. tulisan tentang kritik karlmax itu sebenarnya ditulis oleh adek saya jemil. jadi blog ini digarap oleh dua orang.
tentu masih ingeeet antum, siapa sih yang inget aktivis terkemuka.
thanks atas kunjungannya.
oya, kuliah s2 dimana???
and kerjanya apa???
syukron… wass…..
Ooo begitu. Wah, jangan berlebihan gitu dong kak Jebel, aku gak sehebat yang dibayangkan (ge-er kale ya…). Berbenah diri, dan berani berubah untuk hal yang lebih baik adalah pilihan setiap orang.
Rencana S2 InsyaAllah masih di Jogja, karena sampai sekarang masih berat meninggalkan Jogja. Jogja bagiku, sangat kondusif untuk belajar, untuk berbenah diri menuju yang lebih baik itu.
Kerja? Waduh, memimjam ucapannya Jacques Derrida (filsuf Perancis) meski dalam konteks yang berbeda, “pertanyaan tentang kerja adalah yang kesekian kali dari seluruh pertanyaan tentang pertanyaan”. Maaf, tidak seperti belajar tentang pendidikan, ekonomi, hukum, dll, belajar pada disiplin filsafat harus siap untuk “tidak bekerja” sebagaimana dipahami banyak orang. Mana ada perusahaan, atau lembaga apapun membutuhkan tenaga lulusan filsafat? He2…
Gak kerja kak Jebel, karena masih belum siap/mau kerja. Ya, sekarang selain pekerjaan rutin; tidur, makan, dan jalan-jalan, sesekali menyempatkan diri untuk menulis di media massa, dan juga melakukan penelitian di beberapa daerah bersama teman-teman.
Itu saja. Salam untuk Jemil. Dia ada rencana pulang ke Indo gak? Aku pengen nitip kitab…
Terima kasih.
Wassalam…
mmm…bagus..bagus
^_^
af1 baru Bales. jawaban filosofis memang tidak harus definitif, tapi maknawi yang esensial.
Jemil….. insya’allah pulang tahun 2009.
dia juga pengisi blog ini akhi….
ask him… via this blog….
Goodluck, Wass……
Menyambung pembahasan Anda, saya ada sedikit tulisan di http://www.anakadam.com/2016/07/kenapa-marx-selalu-menarik/ Terimakasih.